Sabtu, 31 Maret 2012.
Sore itu saya bersama teman temanku ( Aje, Hera, Rajim ) merencanakan untuk berakhir pekan di tebing sawapudo, yang terletak di kecamatan soropia kabupaten konawe. tebing sawapudo merupakan tebing wisata yang ditemukan oleh angkatan 1 Mapala Unsultra tahun 1996 dalam ekspedisi tebing. Nama sawapudo diambil dari nama desa itu sendiri, hingga saat ini sangat sering dikunjungi, khususnya para penggiat alam terbuka. Kamipun mempersiapkan perlengkapan lapangan dll. Setelah semua sudah packing2, tepat jam 21.00 wita kamipun berangkat dari sekertariat Mapala Unsultra menuju tebing sawapudo.
Jarak dari kota kendari ke tebing ± 33 KM dengan kondisi jalan yang sempit dan lumayan baik, jam 22.10 kami tiba dilokasi. Disana sudah ada anak2 lain yang sudah dua hari melakukan latihan. Karena kami tiba sudah larut malam, jadi tak ada lagi aktivitas, semua sudah beristirahat, dan beberapa anak2 masih bercerita didepan tebing. Sekitar jam 01.45 pagi sy dan yang lain, masuk ketenda tuk beristirahat.
Jarak dari kota kendari ke tebing ± 33 KM dengan kondisi jalan yang sempit dan lumayan baik, jam 22.10 kami tiba dilokasi. Disana sudah ada anak2 lain yang sudah dua hari melakukan latihan. Karena kami tiba sudah larut malam, jadi tak ada lagi aktivitas, semua sudah beristirahat, dan beberapa anak2 masih bercerita didepan tebing. Sekitar jam 01.45 pagi sy dan yang lain, masuk ketenda tuk beristirahat.
Minggu, 1 April 2012
Pagi ± pukul 06.00 sy terbangun sy melihat diluar tenda ada yang belum tidur, masih asik bercerita. Sy coba kembali untuk tidur, tapi matahari sudah meninggi dan akhirnya sy bangun bersih bersih dan beraktifitas. Jam 8 pagi, anak anak naik ke atas tebing untuk memasang Angkor (pengaman) sebelum melakukan pemanjatan, yang lainnya bertugas untuk memasak. Sayapun duduk di sebelah kanan dari tebing dan memperhatikan aktivitas mereka. Sampai jam 11.30 siang sy dan timku ke waworaha, salah satu desa tetangga sawapudo hanya berjarak 2KM, dan meninggalkan anak anak lain yang masih sedang memanjat. Diwaworaha disalah satu rumah warga, kami makan siang, mandi dan istrahat sebelum kembali ketebing. Walaupun kami Cuma makan mie instan dan segelas susu, setidaknya sudah cukup untuk memberikan tenaga siang itu.
Jam 13.00 kami kembali ke base camp, kami sangat kaget, karena tak satupun manusia kami ketemui, ternyata mereka sudah balik ke kendari sejam lalu sebelum kami tiba. Itu bukan merupakan suatu masalah, kami break 15 menit tuk mendokumentasikan moment itu. Karena hari masih siang dan masih banyak waktu tuk bersantai, kami memutuskan untuk kepantai (Toronipa). Barang2pun dipacking, kami tinggalkan tebing (base camp) dan segera ke pantai. Jarak dari sawapudo ke pantai toronipa berjarak 7 KM. Jam 14.30 kami tiba dan bersantai ria. Pantai toronipa merupakan salah satu objek wisata yang berada dalam kabupaten konawe, yang berjarak 31 KM dari titik 0 kota kendari. karena pantai ini termasuk pantai yang lumayan bersih dan mudah dijangkau, sehingga banyak warga kota kendari memilih tempat ini untuk menghabiskan akhir pekannya.
Saking mengantuk, sy sempat tertidur pulas dibawah rindangnya pohon dan angin laut. Rajim, hera, aje tetap eksis dengan kameranya. Terbangun kaget karena bising disampingku, langsung lapar dan makan lagi. Menjelang sore cuaca tampak mendung, kami memutuskan untuk segera pulang ke kendari karena masih ada satu agenda. Perjalanan sedikit lebih cepat, takut diguyur hujan. Pukul 16.00 tiba dikendari tapi hujan sudah turun walaupun hanya gerimis, kami singgah disekertariat mapala unsultra untuk berteduh. Setelah 19 menit berlalu hujan redah, kami segera ke MTQ, agendanya mau foto2 dari puncak tugu mtq. Sebelum sampai di mtq, singgah diwarung belanja konsumsi, karena diatas tugu tak ada kios dan warung, hehehe.
Motor diparkir, siap melewati anak anak tangga yang berkarat dan lapuk. Melalui lubang kecil kami merayap satu persatu. Mtq atau biasa disebut tugu persatuan adalah tugu yang dibuat dimasa jabatan Gubernur Ali Mazi, dengan tinggi tugu 99 meter yang menandakan alma usna (sifat allah) dan 4 kaki yang menandakan suku dan agama yang berbeda dalam satu ikatan kokoh. Sebelum mtq dibangun tempat ini merupakan taman umum atau taman ria dimana didalamnya tempat bermain dengan segala jenis permainan dan sebagiannya rawa.
Ruangan didalamnya sangat gelap, masuk ketugu wajib membawa alat penerang. Agar nantinya bisa sampai dan turun dengan selamat, selain gelap, ada juga beberapa lantai yang sudah bocor, bangunan tugu 90% dari besi dan baja. Kamipun naik tangga dengan penuh semangat. Kurang dari 5 menit kamipun sampai dipuncak tugu pukul 17.00 sore, istrahat sejenak, rasa capek itu hilang saat memandang dari ketinggian dan ada kepuasan tersendiri. Jeprat jepret sana sini, karena hujan gerimis tadi, sehingga lantai jadi basah, dan pemandangan tidak begitu sempurna sore itu, tapi sy tetap puas, karena setiap sudut kota ini bisa Nampak jelas.
Tugu MTQ dan baju kuning.
Ruangan diatas terbagi dua pintu, pintu keluar masuk, dan pintu ruang operator, dan satu anak tangga lagi untuk naik lingkaran tugu.
Setelah setengah jam kami berada dipuncak, hera mau mengambil tasnya, yang kami simpan didalam ruang operator, semua tas berada dalam satu tempat. Tiba tiba tas hera tidak ada dalam posisinya, maksudnya tasnya hilang, sementara tas kami masih berada diposisinya. Semula kami anggap rajim menjahili hera, dengan menuduh rajim yang iseng menyembunyikan tas hera. Tetapi dugaan itu salah, area itu sangat sempit, dan rajim tidak punya waktu untuk menyembunyikan tas, dimana kami hanya berempat dipuncak saat itu dan hanya sibuk foto foto. Kamipun pucat dan merasa takut, berulang kali kami mencari, berputar dan saling bertanya, dimana, kapan, kenapa bisa, dimana terakhir disimpan, dll. Semua jawannya sama, rajim sudah berusaha turun 3 lantai dari atas, berharap ada orang yang mengambilnya dan memintanya kembali, tapi usaha rajim sia sia. Tak seorangpun yang berada dalam tugu saat itu, hanya kami berempat. Tiba tiba rajim berinisiatif untuk mencoba mencari dilantai paling atas, lantai terakhir tugu itu. Walaupun anak tangganya terpalang oleh besi, sy dan rajim naik dengan menggunakan alat penerang, rajim berada didepan dan sy dibelakang untuk member penerangan. Sesampai dilantai terakhir tiba tiba melihat tas hera yang berada tepat disampingku. Sy pun langsung mengambil tas itu dan langsung turun secepat mungkin, hera memeriksa tas itu, dan isi tas itu masih utuh, kamipun semakin takut dengan kejadian itu, pucat, merinding, cemas. Waktu sudah masuk magrib kami rencana menghabiskan waktu magrib lalu segera turun. Sambil menunggu rio yg dalam perjalanan naik ke puncak tugu, yg sebelumnya di bbm untuk nyusul ketempat kami. Setelah rio sampai kepuncak, dia langsung menanyakan siapa yang berbaju kuning bersama kami, yang dilihatnya dari bawah. Sy menjawab, kami Cuma berempat berada disini, tidak ada siapa siapa. Menyambung pernyataanku, aje juga pernah mengalami hal yang sama, pada hari jumat tanggal 23 maret, kami juga naik kepuncak tugu ini, dari bawah, aje melihat sosok baju kuning berdiri dan melihat ke arah jalan saranani. Kami semakin yakin kalau yang menyembunyikan tas hera adalah jin atau mahkluk halus penunggu menara tugu mtq. Setelah magrib, kamipun turun meninggalkan tugu itu. Sampai di depan tangga naik ke tugu, kami duduk dan beristirahat sebelum balik kerumah masing masing. Saling mempertanyakan siapa baju kuning tersebut. Informasi yang kami dapat pasca buat status di bbm, dulu dalam pekerjaan tugu mtq itu, ada salah satu tukang yang jatuh dari ketinggian dan meninggal.
Ya weekend ini sangat memberi pengalaman besar buat kami, dimana dalam saat saat senang kami harus slalu ingat kepada Allah, jgn terlalu terlena dengan kesenangan. Karena masih banyak anak yang tak sebahagia kami yang masih sempat merasakan kesenangan dan kadang tertawa tebahak bahak.